4 Kerangka Pembelajaran Mendalam: PP-KP-LP-PTD ( Praktik Pedagogis, Kemitraan Pembelajaran, Lingkungan Pembelajaran, Pemanfaatan Teknologi Digital) yang Menjadi Salah Satu Unsur Kerangka Kerja PM
Daftar Isi
4 Komponen Kerangka Pembelajaran Mendalam: PP-KP-LP-PTD ( Praktik Pedagogis, Kemitraan Pembelajaran, Lingkungan Pembelajaran, Pemanfaatan Teknologi Digital) yang Menjadi Salah Satu Unsur Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam/Deep Learning_Kerangka kerja pembelajaran mendalam terdiri dari 4 komponen yaitu (1) dimensi profil lulusan, (2) prinsip pembelajaran, (3) pengalaman belajar, dan (4) kerangka pembelajaran. Untuk komponen nomor 1-3 sudah Admin sampaikan pada artikel sebelumnya ( cek/baca di Rumus 8334 Pembelajaran Mendalam). Jadi di halaman ini Admin sampaikan komponen yang ke-4 yakni kerangka pembelajaran mendalam yang terdiri dari empat komponen juga.
Kerangka pembelajaran merupakan panduan sistematis untuk menciptakan ekosistem pendidikan
yang mendukung pembelajaran. Fokus utama kerangka ini adalah mendorong pembelajaran yang
bermakna, reflektif, dan kontekstual melalui praktik, lingkungan, dan kemitraan yang terencana.
Penerapan PM tidak hanya bergantung pada pendekatan kognitif, tetapi juga melibatkan empat
komponen penting yang saling mendukung dan membentuk pengalaman belajar yang holistik
bagi peserta didik. Keempat komponen ini adalah praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.
1. Praktik Pedagogis
Praktik pedagogis merujuk pada strategi mengajar yang dipilih guru untuk mencapai tujuan
belajar dalam mencapai dimensi profil lulusan. Untuk mewujudkan PM guru berfokus pada
pengalaman belajar peserta didik yang autentik, mengutamakan praktik nyata, mendorong
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kolaborasi.
Praktik pedagogis fokus pada pertanyaan penting: “Strategi apa yang paling baik untuk
mendukung peserta didik mencapai tujuan dan kriteria keberhasilan Pembelajaran
Mendalam?” Jika guru ingin mendorong terwujudnya pembelajaran kolaboratif plus
mendalam dan melampaui batas-batas kelas, maka mereka harus melakukan penyesuaian
dalam praktik pembelajaran mereka sendiri.
Bisa jadi Bapak/Ibu Guru merasa khawatir dengan mengungkapkan
pertanyaan, “Apakah ini berarti bahwa metode saya sebelumnya salah?”. Maka, jawabannya adalah “tidak ada yang salah sama sekali”.
Proses ini bukan tentang
mengabaikan praktik yang ada, melainkan meningkatkan metode pengajaran efektif yang
selama ini sudah dilakukan dengan perspektif yang lebih dalam yang penting untuk
Pembelajaran Mendalam.
Guru yang mengadopsi pendekatan Pembelajaran Mendalam mengutamakan penciptaan
pengalaman belajar yang kaya dan unit pembelajaran yang komprehensif.
Mereka
menyediakan waktu bagi murid untuk mengembangkan kompetensi penting dan
sering kali menerapkan strategi pengajaran seperti pembelajaran berbasis inkuiri,
pemecahan masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan pendekatan multidisipliner.
Strategi-strategi ini biasanya mengharuskan guru bertindak sebagai aktivator sambil
memberdayakan peserta didik untuk memiliki pilihan dan bertanggung jawab atas
pembelajaran mereka sendiri.
Guru bisa jadi akan merasa bingung saat mulai merencanakan Pembelajaran Mendalam.
Langkah paling tepat adalah memulai dengan pengetahuan yang mereka miliki dan
mengidentifikasi praktik baru yang ingin mereka eksplorasi.
Pembelajaran Mendalam dapat dilaksanakan menggunakan berbagai praktik pedagogis dengan menerapkan tiga prinsip yaitu berkesadaran, bermakna, menggembirakan, contohnya:
- Strategi yang dapat digunakan seperti Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Pembelajaran Berbasis Proyek, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Kolaboratif, Pembelajaran berbasis Pemikiran Desain (Design Thinking), STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematic), SETS (Science, Environment, Technology, and Society), dan sebagainya.
- Diskusi, peta konsep, advance organiser, kerja kelompok, dan sebagainya
Fusi Strategi Pembelajaran dan Praktik Inovasi Terbaru
Gambar di atas menegaskan bahwa praktik pedagogis yang dimaksud disini adalah menggabungkan antara model, desain, strategi, atau asesmen yang sudah ada (lihat gambar bagian kiri) dengan pendekatan inovatif yang menggabungkan strategi yang efektif (lihat gambar bagian kanan).Contoh, guru yang menerapkan problem-based learning (PBL)
tidak serta merta dianggap sudah menerapkan pembelajaran mendalam, karena belum
mengintegrasikan praktik pembelajaran inovatif seperti pemanfaatan e-portfolio, digital
storytelling, maupun self-assessment.
Guru tentunya harus mengetahui cara menyusun pengalaman belajar dan tantangan,
menyesuaikannya dengan kebutuhan dan minat murid yang beragam.
Guru
memerlukan beragam strategi untuk memenuhi berbagai kebutuhan murid dan
pemahaman yang mendalam tentang model yang efektif.
Selain itu, guru juga harus
mengembangkan keahlian dalam pemilihan metode inovatif dan penggunaan alat digital
untuk pembelajaran dan penilaian.
2. Kemitraan Pembelajaran
Kemitraan pembelajaran membentuk hubungan yang dinamis antara guru, peserta didik, orang
tua, komunitas, dan mitra profesional.
Pendekatan ini memindahkan kontrol pembelajaran dari
guru saja menjadi kolaborasi bersama. Guru dapat membangun peran peserta didik sebagai
rekan belajar yang aktif mendesain dan mengarahkan strategi belajar mereka.
Guru dapat
melibatkan keluarga, masyarakat, atau komunitas sebagai mitra yang memberikan dukungan
serta konteks otentik dalam pembelajaran. Serta memfasilitasi koneksi dengan ahli atau mitra
profesional untuk memberikan umpan balik dan meningkatkan relevansi pembelajaran.
Saat ini mulai tampak terbangunnya relasi pembelajaran yang selaras antara murid, guru, keluarga, dan masyarakat. Perubahan ini menjadi sinyal positif karena mencerminkan karakteristik utama dari Pembelajaran Mendalam.
Guru tidak lagi dipandang sekadar sebagai pengajar, melainkan juga sebagai mitra dalam proses belajar. Hal ini penting karena pengaruh Pembelajaran Mendalam pada diri murid dapat terlihat langsung melalui pengalaman belajar mereka.
Ketika banyak murid mengatakan bahwa “belajar dari teman sebaya terasa lebih mudah dibanding belajar dari guru”, hal ini memperlihatkan bagaimana interaksi antar peserta didik dapat meningkatkan pemahaman serta keterlibatan mereka.
Selain itu, jalinan hubungan dengan orang-orang di luar lingkungan sekolah juga memperkaya wawasan dan sudut pandang mereka.
Konsep kemitraan dalam pembelajaran yang sering digambarkan dalam berbagai contoh menjadi satu dari empat elemen utama dalam Desain Pembelajaran Mendalam.
Kemitraan ini memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita memaknai proses belajar dengan menghubungkan siswa pada konteks sosial di tingkat lokal, nasional, hingga global.
Ketika pembelajaran lebih relevan dan nyata, murid tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga berkembang sesuai kebutuhan dan minat mereka secara lebih alamiah.
Jadi, kemitraan pembelajaran
membentuk hubungan yang
kolaboratif untuk memberikan
pengalaman belajar, kebaruan
informasi/ serta umpan balik
kepada murid melalui
pengetahuan yang kontekstual
dan nyata
Contoh Kemitraan Pembelajaran
- Lingkungan Sekolah: Kepala sekolah, pengawas sekolah, guru, dan peserta didik, dan lainnya
- Lingkungan Luar Sekolah: MGMP, KKG, Mitra Profesional, Dunia Usaha, Dunia Industri, dan Dunia Kerja, Institusi/ lembaga Pendidikan, Media, dan lainnya
- Masyarakat: Orang tua, Komunitas, Tokoh Masyarakat, Organisasi Keagamaan dan/atau Budaya, dan lainnya
3. Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan pembelajaran menekankan integrasi antara ruang fisik, ruang virtual, dan budaya
belajar untuk mendukung PM.
Ruang fisik dan virtual dirancang fleksibel sebagai tempat yang
mendorong kolaborasi, refleksi, eksplorasi, dan berbagi ide, sehingga dapat mengakomodasi
berbagai gaya belajar peserta didik dengan optimal.
Optimalisasi ruang fisik sebagai proses interaksi langsung dalam menciptakan
suasana belajar yang kondusif, meningkatkan kenyamanan, serta mendukung
PM seperti ruang kelas, laboratorium, ruang konseling, lingkungan sekolah,
perpustakaan, lingkungan/alam sekitar, ruang seni, ruang praktik
keterampilan, ruang ibadah, aula/auditorium, museum, dan lainnya
Pemanfaatan ruang virtual untuk interaksi, transfer ilmu, penilaian
pembelajaran tanpa keterbatasan ruang fisik, seperti desain pembelajaran
daring, platform pembelajaran daring/hybrid, dan penilaian daring, dan
lainnya.
Budaya belajar dalam PM melibatkan
pembentukan norma positif yang berpusat pada nilai-nilai utama, seperti keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan YME, penguatan sikap kewarganegaraan, keterampilan komunikasi, penalaran kritis, kreativitas, pengembangan sikap kolaborasi dan kemandirian,
serta kesehatan jiwa raga (well-being).
Budaya belajary ang dikembangkan agar tercipta iklim belajar yang aman,
nyaman, dan saling memuliakan untuk pembelajaran yang kondusif, interaktif,
dan memotivasi peserta didik bereksplorasi, berekspresi, dan kolaborasi
Guru harus berperan aktif dalam membangun norma-norma yang mendorong
partisipasi dan kolaborasi, sehingga murid merasa bahwa pendapat mereka memiliki
dampak. Dalam lingkungan seperti itu, murid lebih berani mengambil risiko, yang
merupakan langkah penting dalam pengembangan kreativitas dan inovasi.
Dengan integrasi ini, lingkungan pembelajaran tidak hanya mendukung perkembangan pengetahuan, tetapi juga membentuk keterampilan dan karakter yang holistik sesuai dengan dimensi profil lulusan.
Karakteristik Lingkungan Kelas Pembelajaran Mendalam ( Sumber: Fullan, M., & Quinn, J. (2016) )
- Murid banyak mengajukan pertanyaan: murid memiliki keterampilan bertanya dan berbahasa untuk menggali lebih dalam tentang materi dan tidak secara pasif menerima jawaban atau penjelasan dari guru.
- Pertanyaan lebih dihargai daripada jawaban: murid yang bertanya dalam rangka proses belajar, menemukan, dan menyampaikan lebih penting dari pada hasil akhir pembelajaran
- Model yang bervariasi untuk pembelajaran: pemilihan model pedagogis disesuaikan dengan kebutuhan dan minat murid, mendorong murid melakukan tantangan berikutnya
- Koneksi eksplisit ke aplikasi dunia nyata: desain pembelajaran tidak dibiarkan begitu saja tetapi harus didukung dan dibangun di atas relevansi dan makna
- Kolaborasi: murid memiliki keterampilan untuk berkolaborasi di dalam kelas dan di luar kelas
- Penilaian pembelajaran yang transparan dan otentik: murid menentukan tujuan pribadi, memantau kemajuan, dan terlibat dalam memberikan umpan balik kepada teman-temannya
4. Pemanfaatan Teknologi Digital
Dunia digital telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk cara kita belajar di
sekolah. Meskipun perangkat digital telah ada di sekolah-sekolah selama bertahun-tahun,
banyak potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Diperlukan cara untuk
menggunakan alat digital ini agar bisa meningkatkan, mempercepat, dan memperdalam
proses pembelajaran, terutama ketika digabungkan dengan elemen penting lainnya dalam
pengajaran.
Ketika kita sudah mengaku memanfaatkan TIK dalam pembelajaran, ada hal penting yang
harus terjawab, “Apakah perangkat digital yang kita gunakan sudah membantu dan
mempercepat pembelajaran murid? Apa saja peluang belajar baru yang ditawarkan digital
yang tidak bisa diberikan oleh metode tradisional?”.
Istilah "memanfaatkan digital," artinya
lebih fokus pada sejauh mana interaksi dengan sumber belajar digital, bukan hanya pada
perangkat atau aplikasi tertentu.
Yang terpenting bukan canggihnya perangkat tetapi
apakah perangkat tersebut membantu meningkatkan kualitas pembelajaran atau tidak.
Pemanfaatan teknologi digital juga memegang peran penting sebagai katalisator untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan kontekstual.
Tersedianya
beragam sumber belajar menjadi peluang menciptakan pengetahuan bermakna pada peserta
didik.
Peran teknologi digital tidak terbatas hanya sebagai alat presentasi dan penyedia
informasi (misalnya menampilkan materi, video, dan mencari informasi), namun juga berperan
sebagai alat kolaborasi (misalnya melalui platform workspace atau platform e-learning), serta
merupakan media yang mendukung eksplorasi dan inovasi peserta didik sehingga mereka
mampu memilih dan menyaring informasi secara kritis
Teknologi digital dapat dimanfaatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen pembelajaran.
Murid mendapatkan pengalaman belajar yang lebih interaktif, fleksibel, dan kolaboratif
Implikasi Pemanfaatan Digital pada Konteks Pembelajaran Mendalam
Menurut Quinn, J., McEachen, J., Fullan, M., Gardner, M., & Drummy, M., (2020), implikasi dari pemanfaatan digital pada konteks pembelajaran mendalam adalah:
- Membangun Kemitraan dalam Pembelajaran: pemanfaatan alat digital dengan baik dapat membangun kemitraan belajar yang kuat antara murid, keluarga, komunitas, dan para ahli, tanpa terhalang oleh jarak. Ini memberi kesempatan bagi murid untuk lebih mengontrol pembelajaran mereka, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
- Peran Guru yang Berubah: peran guru kini jauh lebih kompleks. Dulu, guru biasanya membantu murid memilih dari sejumlah sumber terbatas, seperti buku di perpustakaan. Sekarang, tantangannya adalah memastikan murid memiliki keterampilan untuk menilai, menemukan, dan menciptakan pengetahuan baru dari berbagai sumber online yang hampir tak terbatas. Pembelajaran yang mendalam menekankan pentingnya mengintegrasikan alat digital secara alami ke dalam proses belajar, bukan hanya fokus pada aplikasi tertentu.
- Dari Konsumsi ke Aplikasi: dulu, murid sering diminta untuk menyelesaikan masalah yang sudah ada solusinya. Sekarang, kita ingin murid tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi juga menerapkan apa yang mereka pelajari untuk memecahkan masalah nyata. Alat digital memungkinkan mereka terhubung dengan audiens yang lebih luas di luar kelas, sehingga mereka bisa belajar dari pengalaman nyata.
- Keputusan yang Harus Diambil oleh Pendidik: dengan banyaknya pilihan digital yang tersedia, pendidik harus membuat keputusan yang bijak tentang bagaimana menggunakan alat ini dalam pembelajaran. Alih-alih mencoba mencatat semua opsi yang ada, lebih baik bagi guru untuk memilih alat yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran mereka. Penting bagi guru untuk memastikan bahwa murid tidak hanya tahu cara menggunakan alat ini, tetapi juga mampu berpikir kritis tentang bagaimana cara terbaik memanfaatkannya untuk belajar, berkolaborasi, dan berbagi pengetahuan.
- Memberdayakan murid: Seringkali, murid sendiri yang mengambil inisiatif untuk menemukan dan memilih cara terbaik menggunakan alat digital untuk meningkatkan pengalaman belajar mereka. Pendekatan ini tidak hanya memberi mereka otonomi, tetapi juga mendorong mereka untuk berinovasi dalam pembelajaran.
Contoh Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Asesmen Pembelajaran
- Perencanaan Pembelajaran: merancang dan mengelola kelas digital, manajemen perencanaan pembelajaran berbasis proyek), desain bahan ajar visual dan infografis, pembuatan konten interaktif seperti kuis dan simulasi, pemanfaatan kecerdasan artifisial, serta aplikasi desain instruksional, dan perencanaan pembelajaran lainnya.
- Pelaksanaan Pembelajaran: pembelajaran sinkronus, kolaborasi daring, pembelajaran asinkronus, laman sumber belajar, perpustakaan digital, pemanfaatan kecerdasan artifisial, video edukasi, multimedia Interaktif, simulasi dan animasi, gamifikasi dan kuis, serta sumber lainnya
- Asesmen Pembelajaran: pembuatan tes otomatis, evaluasi orisinalitas dan kualitas tulisan, tes formatif berbasis interaktif, pemanfaatan kecerdasan artifisial, pengelolaan portofolio digital, dan sebagainya.
Demikian tentang 4 Komponen Kerangka Pembelajaran Mendalam: ( Praktik Pedagogis, Kemitraan Pembelajaran, Lingkungan Pembelajaran, Pemanfaatan Teknologi Digital). Dengan mengintegrasikan keempat komponen tersebut, penerapan PM menjadi lebih efektif
dan menyeluruh, serta memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik.
Masing-masing komponen saling terkait dan berperan penting dalam menciptakan pembelajaran
yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan serta relevan dengan kebutuhan murid saat ini.
Baca Juga:
- Apa itu Pembelajaran Mendalam?
- Pentingnya Pembelajaran Mendalam
- Pola Pikir Bertumbuh: Kunci Sukses PM
- 8 Dimensi Profil Lulusan dalam PM
- 3 Prinsip PM adalah BBM (Berkesadaran, Bermakna, Menggembirakan)
- 3 Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam: 3M ( Memahami, Mengaplikasi, dan Merefleksi ) yang Menjadi Salah Satu Unsur Kerangka Kerja PM
- Lengkap! Buku Panduan Guru Semua Mapel untuk Mendukung Implementasi Pembelajaran Mendalam di Jenjang SD, SMP, SMA Kelas 1-12 dan Fase A-F


Posting Komentar